Seperti
apakah bentuk jagat raya ?. Tampaknya belum ada kesepakatan
final yang dihasilkan. Tulisan ini sekadar ingin menuturkan kajiannya.
Model jagat raya yang didasarkan teori Dentuman Besar (Big Bang) selalu disandarkan atas 2 teori penting yaitu: teori relativitas umum dan prinsip kosmologi. Dalam kedua teori tersebut diasumsikan materi di dalam jagat raya dianggap homogen dan isotropik.
Materi
juga diyakini didistribusikan seraca seragam ke seluruh jagat raya
dalam skala besar dan kecil. Dengan menggunakan teori tersebut juga
dapat diketahui adanya pengaruh forsa (daya) gravitasi yang ditimbulkan
gravitasi mempengaruhi kelengkungan ruang dan waktu. Inilah yang
melahirkan ruang-waktu.
Model geometri
Sejauh ini, jagat raya diperkirakan memiliki bentuk-bentuk (secara geometris) sbb:
1. Bentuk
kurva positif. Jagat raya dianggap memiliki bentuk seperti bola.
Konsekwensinya. Jagat raya bersifat tertutup dan memiliki luas yang
terbatas.
2. Bentuk
kurva negatif. Jagat raya berbentuk seperti sadel (pelana kuda). Bentuk
pelana ini menunjukan jagat raya tidak memiliki batas (ujung). Dengan
demikian, luas jagat raya tidak dapat diketahui.
3. Bentuk
datar. Jagat raya berbentuk datar, seperti sebilah papan. Bentuk
semacam ini mengandaikan jagat raya tidak memiliki ujung dan tidak
terbatas.
Lantas, mana sesungguhnya bentuk jagat raya yang kita huni?
Untuk
membahas masalah ini, kita harus membatasi hal tersebut dengan asumsi
bahwa geometri tersebut memiliki 2 bentuk dimensi bidang dan 3 bentuk dimensi ruang.
Dengan
demikian, andaikan bentuk jagat raya seperti bola (jagat raya
tertutup), maka apabila kita melakukan perjalanan dalam satu arah dari
salah satu kutubnya, ada kemungkinan kita akan kembali ke titik awal
perjalanan (dapat diibaratkan orang yang mengelilingi bumi).
Sedangkan dalam jagat raya terbuka, apabila kita melakukan perjalanan tentunya tidak akan pernah kembali ke tempat semula.
Sebelum
membahas 3 bentuk jagat raya (secara geometri) yang mungkin kita diami
ini, ada baiknya kita mengetahui pula beberapa hal, yaitu:
1. Sejauh
ini jagat raya diyakini berusia 13,7 milyar tahun, angka tersebut
menunjukkan bahwa jarak yang dapat ditempuh oleh manusia hanya sejauh
13,7 milyar tahun cahaya.
Daerah yang dapat terjangkau tersebut disebut horizon.
Sedangkan daerah di luar horizon, dianggap belum terjangkau ilmu
pengetahuan. Denga kata lain, pembahasannya melalui kaidah agama (jagat
laduni).
2.
Masih banyak kemungkinan lain bentuk jagat raya ini. Bisa saja jagat
raya memiliki bentuk yang jauh lebih rumit daripada yang dapat
diperkirakan manusia. Contohnya, sebagian ahli yang ada menduga jagat
raya kita memiliki bentuk donat atau bentuk-bentuk lain. Namun
pembahasan tersebut cenderung melebar, meskipun kajiannya sah-sah saja.
Densitas materi
Densitas
materi sangat berperan dalam membahas bentuk jagat raya. Sebagaimana
diketahui, densitas rata-rata materi sangat berpengaruh dalam membentuk
pola seperti digambarkan dalam bentuk geometri jagat raya di atas,
karena itu:
1. Apabila
densitas materi bernilai kurang dari densitas kritis, maka jagat raya
akan bersifat terbuka dan tak terbatas, seperti bentuk permukaan pelana.
2. Apabila densitas materi bernilai kurang dari densitas kritis, maka jagat raya akan bersifat tertutup dan terbatas, seperti bola.
3. Apabila
densitas materi bernilai seimbang (sama) dengan densitas kritis, maka
jagat raya akan bersifat datar dan tak terbatas, seperti sebilah papan.
Sejauh ini, nilai densitas kritis yang diketahui bernilai sangat kecil, yaitu sebanding 6 atom hidrogen permeter kubik.
Hasil sementara yang diperoleh berdasarkan teori inflasi (dicetuskan Alan Guth, dkk) dan satelit ruang angkasa WMAP menunjukan bahwa nilai densitas kritis. Itu berarti bentuk jagat raya seperti sebilah papan.
Forsa gravitasi
Bentuk jagat raya dapat juga diperkirakan dengan menggunakan hukum gravitasi. Para
ilmuwan berasumsi bahwa seluruh jagat raya didistribusikan secara
beragam ke seluruh jagat raya. Tahap selanjutnya, ruang-waktu
mempengaruhi materi tersebut.
Dengan
kata lain, jagat raya dipengaruhi densitas (kerapatan materi atau masa
per unit volume dan tekanan materi (forsa atau daya yang digunakan per
unit areal).
Sejauh
ini ilmuwan beranggapan bahwa pada tahap awal jagat raya, volume materi
bernilai sangat kecil (atau bahkan bernilai nol). Kemudian terjadilah
dentuman besar yang bersamaan dengan itu terjadi pemuaian jagat raya.
Namun,
pada tahap-tahap selanjutnya, pemuaian ini bukannya terus mengalami
percepatan (acceleration) tetapi justru mengalami perlambatan
(deceleration) sebagai akibat pengaruh forsa gravitasi yang terkandung
dalam materi.
Konsekwensinya: perkiraan atau nasib akhir jagat raya.
Misalnya,
apabila ternyata pemuaian jagat raya tidak cukup kuat untuk menahan
forsa gravitasi materi yang ada, maka akan menyebabkan pemuaian
berhenti. Kemudian terjadi penyusutan yang berakhir dengan runtuhnya
jagat raya (big crunch).
Dalam
pada itu, observasi menunjukkan bahwa dalam proses pemuaian jagat raya
ini ada semacam dominasi pengaruh dari materi yang masih misterius (dark
matter) dan energi misterius (dark energy) inilah yang membuat jagat
raya tetap seimbang (fine tunning).
Dengan
kata lain, proses pemuaian jagat raya selalu diimbangi forsa gravitasi
yang membuat jagat raya tidak memuai dengan laju yang terlalu cepat dan
juga tidak semakin lambat yang bisa berakibat runtuh.
Dari uraian diatas, beberapa perkiraan bentuk jagat raya adalah:
1. Jagat
raya bersifat tertutup dan terbatas. Apabila jagat raya bersifat
seperti itu, dengan awalnya bervolume nol. Kemudian terjadi dentuman
besar dan memuai, maka tentunya pada awalnya ada sebuah titik tunggal
(singularitas) sebagai awal ledakan dan pemuaian (semacam pusat). Di
sinilah jagat raya memulai evolusinya.
2. Jagat
raya berbentuk seperti bola, di mana batas-batas pemuaian dianggap sama
radiusnya. Maka semua titik atau posisi dalam jagat raya dianggap sama.
Dengan demikian, tidak ada pusat atau bagian tertentu dalam jagat raya
yang bisa dianggap sebagai titik awal dentuman besar atau titik awal
pemuaian.
3. Jagat
raya bersifat tertutup, tetapi memiliki tepi awal atau pusat dentuman
besar dan pusat pemuaian. Juga memiliki tepi akhir atau pusat penyusutan
atau titik runtuhan jagat raya (kiamat).
4. Andaikatan
peristiwa dentuman besar tidak terjadi pada sebuah titik tunggal
(singularitas) dalam ruang-waktu. Maka kemungkinan yang muncul adalah
terjadinya dentuman besar secara simultan di jagat raya (lebih dari satu
dentuman secara bersamaan).
Dengan demikian, daerah dalam ruang-waktu (horizon) sekarang tentunya tidak selalu lebih besar dari horizon masa lalu.
Begitu
pula andaikan sekarang ini semua ruang-waktu, baik yang ada di dalam
dan di luar horizon bersifat tidak terbatas, maka pada awal terbentuknya
jagat raya pasti bersifat terbatas. Jagat raya semacam ini belum bisa
di gambarkan bentuknya.
Namun
demikian, hasil sementara berdasarkan peristiwa supernova yang teramati
menunjukan bahwa jagat raya terus memuai selamanya.
Hingga
kini, ilmuwan masih menyelidiki berapa pasti nilai desitas materi di
jagat raya dan pengaruh materi dan energi misterius. Semua itu agar
diketahui bentuk sesungguhnya jagat raya. Selanjutnya dapat diketahui
evolusi dan nasib jagat raya. Anda berminat membantu para ilmuwan
tersebut?
BERAGAM TIPE MATERI
Bentuk dan evolusi jagat raya dipengaruhi beragam variasi tipe materi (partikel) yang ada.
Klasifikasi dasarnya sbb:
1.RADIASI. Partikel yang tidak memiliki massa atau
partikel bermassa kecil yang bergerak dengan kecepatan cahaya.
Contohnya, foton (cahaya) dan neutron. Partikel radiasi dianggap
memiliki tekanan positif.
2.MATERI BARYONIC. Materi yang sudah dikenal manusia dan memiliki komposisi utama: proton, netron dan elektron. Materi ini dianggap tidak memiliki tekanan yang cukup berpengaruh.
3. DARK MATTER. Dikenal juga sebagai materi misterius atau non baryonic matter yang
berinteraksi secara lemah dengan materi baryonic. Materi ini
kemungkinan akan berhasil dideteksi melalui laboratorium raksasa
supercollider. Eksistensi materi ini menjadi perbincangan hangat
kalangan ilmuwan.
4. DARK ENERGY. Sejauh
ini, diduga ada semacam energi yang masih misterius yang mengisi jagat
raya. Boleh jadi, energi (atau partikel) misterius ini mengisi ruang
hampa udara di jagat raya. Energi misterius diyakini berperan dalam
mempengaruhi proses pemuaian jagat raya. Energi ini memiliki tekanan
negatif. Dulu di sebut ether.
Gambar 1. Bentuk donatGambar 4. Energi misterius
Gambar 5. Supernova
Gambar 6. Alan Guth
Gambar 7. Satelit WMAP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar